From: "Ferina Permatasari"
Date: Mon Jan 17, 2005 4:45 pm
Subject: Subject: Re:
"Ini hanyalah
sepotong kehidupan
dua orang yang tak pernah bahagia
dan berusaha percaya
bahwa
mereka telah saling menemukan"
Kata-kata di atas adalah pengantar dari novel Subject: Re:, dan kata-kata tersebut juga yang mempengaruhiku untuk membaca buku ini. Seolah menyindir kita akan keyakinan kita dalam menentukan suatu pilihan.
Subject: Re: mengisahkan tentang kehidupan dua anak muda yang merasa hidup mereka terjebak dalam rutinitas yang membosankan.
Nina, seorang perempuan muda, freelancer di sejumlah majalah mode, merasa hidupnya itu hanya 'begitu-begitu' saja, justru dia lebih suka ketika sedang menganggur karena bebas melakukan apa yang dia mau. Sampai akhirnya dia harus menikah karena hamil di luar nikah dengan pacarnya yang berusia lebih muda darinya. Satu-satunya kebahagiaan yang dirasakan Nina, adalah ketika sedang bersama anaknya, ditemani anjing kesayangannya.
Sedangkan, Yudha, mahasiswa S3 yang memperoleh beasiswa di Australia, tinggal seatap dengan pacar bulenya, Claire, juga punysa perasaan yang tidak jauh beda dengan Nina, merasa bingung dengan tujuan akan tujuan hidupnya.
Percakapan/komunikasi antara mereka berdua yang ditampilkan dalam bentuk e-mail dan chatting, menggambarkan bagaiman dalamnya rasa keputusasaan, ketidakbahagiaan dan kebosanan yang mereka berdua rasakan. Bahkan, begitu putus asanya Nina, sampai pernah membuat rencana 'gila' untuk bunih diri. Kita bisa tersenyum pahit dengan cara penyampaian yang santai, padahal yang sedang dibicarakan adalah rencana bunuh diri.
Sampai pada akhirnya, mereka merasakan suatu ketertarikan, mereka berdua merasa cocok satu sama lain, merasa sudah "menemukan satu sama lain". Akhirnya, timbulah apa yang disebut Yudha dengan 'perselingkuhan rasa', dan jadi perselingkuhan yang sebenarnya.
Nina, pun bercerai dengan suaminya, dan Yudha putus Claire. Mereka memutuskan untuk mencoba 'jalan' bersama.
Tapi ternyata, kecocokan itupun harus berakhir dengan suatu ketidakbahagian. Kesalahan 'kecil' menyebabkan kesalahpahaman, kemudian menjadi pertengkaran, yang berbuntut pada perpisahan, seolah mereka menyadari bahwa ada perbedaan yang cukup prinsip dalam diri mereka.
Percakapan yang lugas dan blak-blakan menjadi kekuatan novel ini. Tapi, seandainya novel ini ditulis dalam bentuk narasi biasa, bisa jadi membosankan. Tulisan dalam bentuk e-mail dan chatting menjadi keunikan tersendiri dari novel ini. Sepintas sempat terpikir, "Jangan-jangan ini memang pengalaman pribadinya Novita, nih.."
-ferina-
No comments:
Post a Comment