Saturday, October 30, 2004

Paperback Comments

"Sebuah novel dengan cerita dan ‘twist’ affair yang menarik. Easy to read, dan gaya penceritaan yang segar melalui tampilan email. This book is a must read book, especially for those...hmm who love having an affair or having an imagination that love affair is something exciting, cuz it has this twist that can make these affair lovers to think and get back to the reality.....tidak hanya bermimpi akan bunga-bunga cinta gombal."
Sari Nila - Presenter, Book Reader

"Solely bizzare, painfully quixotic. The ultimate ‘hope killer’ for romance seeker!"
Diaz - Fashion Illustrator

"Sebait desah di tapal senja: ‘Tak ada yang lebih misterius di jagad ini tinimbang cinta, tidak juga Tuhan atau manusia.’ Cinta sudah menghabiskan jutaan lembar kertas bergaris sejarah. Novel ini, menurut saya, dengan susah payah berhasil membuka satu pintu berkarat ruang tak berpenghuni itu, bahwa cinta tidak sama dengan bahagia. Ia lebih dari itu."
Donny Gahral Adian - Penikmat Sastra, Dosen Filsafat UI

"Buku ini adalah tentang realita hidup. Diungkapkan dengan jujur, dan mungkin terlalu jujur. Banyak orang tidak suka bahkan menolak realita. Dan ketika realita itu diungkapkan dengan jujur, you can imagine bagaimana orang-orang yang tidak suka realita itu akan bereaksi ketika membaca buku ini. Mungkin menangis karena menemukan pribadi yang sama dengan dirinya. Atau choose to ignore dan lari kembali ke sudut nyamannya. Itulah power dari buku ini: realita yang jujur. Saya sendiri mungkin tidak bisa menerima banyak hal yang dituliskan di dalamnya, tapi saya tetap salut akan kejujuran buku ini."
Eliza Dewi - Blogger, Dosen Bahasa Mandarin, Adik Kandung

"Kinda freaky… aren’t we all?"
Ari Yandhi - Designer

"Saya suka dengan bangunan konflik yang terbangun antara Nina, Yudha, keluarga dan orang-orang di sekitar mereka. Begitu mengalir meskipun alurnya serba dalam bentuk email. Yang pasti, ini novel dewasa dengan bahasa yang lugas, blak-blakan dan gaul banget, gitu loh."
Moammar Emka - Penulis Best Seller Jakarta Undercover

"Gloomy! Tapi gue gak pernah nyangka bahwa kumpulan e-mail dan skrip chatting bisa ngebangun cerita utuh tentang kehidupan seseorang plus emosinya, mungkin lain kali gue harus lebih teliti untuk ngebuang email-email dalam inbox...."
Oktarina P. - Blogger, Dosen Seni Rupa dan Desain

"I’m sure this book has been labeled as beautiful, sad, even strange. Apart from those things, I find this book to be disturbing. It’s disturbing because so many questions are thrown in this book that only seem to lead to more questions. Never answers. These questions are probably the very questions that we all think about, but are afraid to ask, or afraid to know the answers to. Or maybe we’re all afraid to ask them because we might find that there aren’t any answers in the end. It’s disturbing because this book revealed a fact that (maybe) we all suspected all along. That most of us walk on this earth without really knowing what we’re supposed to be doing or what everything in this life is supposed to mean to us.

This book is a good example that everything is not like what it seems. It’s a disturbing tale about 2 people who might look ordinary on the surface, hanging out at Plaza Senayan, gossiping about people they worked with, getting caught up on the latest internet frenzy like Friendster or weblog, but really are two lost souls on the inside, wandering aimlessly in this life, trying to understand, trying to be understood, searching for true happiness without even knowing what it means to be happy. On their journey, they ask one question that I find the most disturbing of all : is there a point to all of this? If one starts to ask that question, it isn’t hard to understand why one feels the need to contemplate suicide.

The affair in this book is an inevitable thing to happen between 2 people who seek comfort from each other’s apathy and found it. They tried to understand each other in order to understand themselves. But I think the true essence of this book lies not in the love story, but in the way they tried to go through the complex and tormenting roads to find the meaning of it all. Which leaves me with another question. Is happiness a journey? Or a destination?"
Affi Assegaf - Blogger, Book Reader, Daydreamer

"Belum pernah sebuah ‘curhat’ bisa gue nikmati seperti ini, sambil kadang-kadang merasa ‘sial! kena banget niy!’. Mungkin itu yang bikin jadi menarik, ceritanya begitu dekat dengan kehidupan kebanyakan orang. Dan yang menjadikan lebih menarik lagi adalah permainan kata yang ‘dalem’ seperti ‘...mungkin manusia tidak berhak atas segala yang diinginkan, karena itu ia selalu dikelilingi oleh hal-hal yang tidak diinginkannya.’ Lalu klimaks buat gue (mungkin juga yang lain) adalah kalimat ‘...mungkin memiliki adalah hal yang sama sekali berbeda dengan menginginkan.’ JUST BRILLIANT!!!"
Mark - Senior Art Director, Musician, DJ