Tuesday, December 28, 2004

Review from a Reader

Saya pernah urung membeli buku ini karena ada label “chicklit asli buatan Indonesia”. Di milis pasarbuku dan resensibuku penulisnya complaint kepada penerbit yang dengan seenaknya mencap hasil tulisannya sebagai chicklit. Promosinya tak sempat saya ikuti di Dago Festival 2004. Dan ternyata benar buku ini tidak cocok dikategorikan ke dalam chick literature, jadi saya coret saja label penerbit tersebut (mencoretnya pun penuh perjuangan karena kertas sampulnya berjenis glossy), meskipun belum ada pembakuan definisi chicklit di dalam kesusasteraan Indonesia.

Novita Estiti: Subject: Re



Jika surat-surat Kartini dibukukan menjadi buku, maka di buku ini Novita bercerita seluruhnya dalam format surat menyurat elektronik (email) dan percakapan melalui pesan instan (instant messenger). Dua tokoh utamanya Nina dan Yudha bercerita secara subyektif tentang dirinya, sang penulis meleburkan dirinya menjadi seorang perempuan sekaligus menjadi seorang laki-laki.

Novita memaparkan dua gaya hidup metropolitan, sinisme, apatisme, pikiran busuk, kemalasan dan buruknya perselingkuhan, semuanya ditulis dengan kejujuran. Sebuah realita yang tidak dilebih-lebihkan.

Pada awal buku saya membacanya secara cepat (speed reading dan skip-skip!) karena email yang pendek-pendek saling berbalasan. Perlahan-lahan semakin panjang, gaya bahasa Indonesia Betawi semakin berkurang, kecuali pada pesan instan (saya, juga semua orang tentunya bergaya bahasa yang sama jika ngobrol di messenger!) hingga mendekati akhir cerita diiringi konflik emosi yang semakin tinggi penuturan berubah ke dalam bahasa Indonesia yang lebih baku (dari lu-gue menjadi aku-kamu) yang sarat dengan makna (perlu berpikir lebih lama menafsirkan kalimat). Di beberapa surat penuturan ditulis dalam bahasa Inggris (sometimes I wrote my mind in English too).

Buku ini hanya berisi dialog emosi dua manusia, pikiran liar yang mungkin selalu ada di tiap kepala manusia, liar seperti binatang.

Jangan berharap akhir cerita adalah happy ending, juga jangan berharap sesuatu yang tragis, sebab bukan plot yang ingin disuguhkan, hanya sebuah proses dalam setting komunikasi global internet.
by Jay adalah Yulian

-- THANK YOU VERY MUCH! --

1 comment:

Anonymous said...

--maaf jika comment ini terkirim lebih dari sekali.. ada yg salah dengan blogger--

Jay adalah Yulian memaparkan dengan baik apa yang gw pikirkan tentang buku ini.

Aku membaca buku ini lebih dari setahun yang lalu. Pertama kali aku tahu tentang buku ini justru dari blog subjectre.blogspot.com ini, dimana pada saat itu aku sedang browsing2 mencari novel Indonesia untuk di review... Biasanya aku tidak pernah membaca novel karangan Indonesia, tapi bentuk penceritaan Novita membuatku sangat tertarik. Aku membaca beberapa komentar yang ditulis disini...

... realita yang jujur...

... ketidakbahagiaan...

... kumpulan chatlogs dan emails...

Harus aku akui, Novita sungguh menginspirasiku sampai berbagai level. Kemarin aku membaca kembali buku itu, kembali terkagum dan terhanyut dalam kisah bagaimana Yudha dan Nina saling berbohong pada diri mereka sendiri...

Hari ini aku menyempatkan untuk mengunjungi blog ini sekali lagi, berterima kasih untuk dapat kesempatan membaca sebuah karya yang sangat original.

Soliloquist