Monday, January 17, 2005

From Republika, Sunday Edition

Minggu, 16 Januari 2005

Tidak Semua Penulis Tergoda

Popularitas chicklit dan teenlit ternyata tidak membuat semua penulis tergoda. Setidaknya, begitulah yang coba ditunjukkan Novita Estiti dalam karyanya, Subject:Re. Saat banyak orang berlomba-lomba untuk menulis chicklit, Novita malah mencak-mencak dengan stempel 'chicklit asli buatan Indonesia' yang ada di sampul bukunya.

Sejak awal, Subject:Re, yang diterbitkan Gagas Media, tidak pernah dimaksudkan sebagai chicklit. ''Stempel itu dicantumkan tanpa sepengetahuan saya,'' kata Novita. Menurutnya, seperti dikutip dari blogspotnya, novelnya tidak dapat masuk ke dalam definisi genre chicklit.

Subject:Re bercerita tentang hubungan antara laki-laki dan perempuan, dengan proporsi yang sama besar. Tidak melulu bercerita tentang tokoh wanitanya. Tokoh wanitanya pun sudah menikah dan memiliki anak. Sedangkan chicklit, salah satu persyaratan utamanya adalah status lajang sang tokoh utama wanita.

Menurut Novita, cara penulisan Subject:Re pun sama sekali tidak dimaksudkan bersifat ringan dan menghibur. ''Dan yang paling utama, cerita ini tidak berkisah semata tentang kehidupan sehari-hari, tapi lebih kepada isu-isu yang mendalam dalam,'' jelasnya.

Menurut Novita, pihak Gagas Media mengakui bahwa stempel tersebut adalah tehnik pemasaran semata. Stempel chicklit diharapkan dapat memacu angka penjualan. Pihak Gagas Media sendiri berjanji tidak akan menyertakan stempel tersebut pada cetakan selanjutnya.

Menurut Novita, penolakannya terhadap stempel tersebut sama sekali tidak ada hubungannya dengan citra chicklit ringan. ''Jangan salah, saya suka kok baca chicklit. Saya punya beberapa,'' tuturnya. Ia hanya tak mau mengecilkan sasaran pasarnya. Dengan stempel tersebut, Subject:Re kehilangan beberapa pembeli utamanya.

(mg07)

No comments: